https://aliman-antara.com/wp-content/uploads/2022/01/services-head-1.png

Sejarah Kami

PENDAHULUAN

Yayasan Al-Iman ANTARA, terbentuk  disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan keberadaan Komplek Perumahan ANTARA yang mulai dibangun tahun 1977 (Pimpinan Umum Bapak Ismail Saleh), terdiri dari 60 unit rumah ANTARA 1 dan 50 unit rumah ANTARA 2 diresmikan oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada 16 Mei 1980, perumahan itu diberi nama “Grya Mandala Warta” namun lebih dikenal dengan Komp. Wartawan LKBN ANTARA, berlokasi di Cibening, yang ketika itu termasuk Desa Bintara, Kecamatan Bekasi Barat, Kabupaten Bekasi, kini menjadi Kelurahan Bintarajaya, Kota Bekasi.

PENDIRIAN AWAL MASJID AL IMAN

 

Di tahun 1980-an dengan menyelenggarakan disetiap malam minggu/ahad pengajian Al-Qur’an memahami  ayat demi ayat, kata demi kata, dijabarkan makna serta tafsirnya, satu ayat dikaitkan dengan ayat lain untuk memperoleh makna lebih luas.  Pengajian diselenggarakan di rumah kediaman Bapak Ateh Agustjik di ANTARA I dengan guru ngaji utamanya adalah Ustadz H. Zailani, H. Nurdin Yatim dan H. Sudradjat.

Seiring berjalannya waktu, muncul gagasan untuk mendirikan tempat ibadah Masjid di komplek ANTARA dengan terlebih dahulu dengan mengumpulkan infaq dan sedekah jamaah pengajian warga ANTARA dan atas pertimbangan  dan upaya yang dilakukan oleh Pak Ateh Agustjik, Pak Ramli Sinaro membuahkan hasil dengan melakukan pendekatan kepada Pimpinan LKBN memohon agar lahan fasilitas sosial yang ada di ANTARA I untuk didirikan masjid.

Di tahun 1981, dilakukanlah acara peletakan batu pertama pembangunan rumah ibadah Masjid. Peletakan batu pertama itu dilakukan ANTARA lain oleh Ustadz Zailani, dan menganjurkan nama “Al-Iman”, berukuran 30 x 20 m2.

Selanjutnya karena lahan yang ada dirasa kurang luas, maka diadakanlah himbauan kepada para karyawan LKBN ANTARA, baik yang ada di Cibening maupun yang tinggal di tempat lain, untuk berinfaq berupa pembelian lahan milik penduduk asli setempat di sekitar tapak masjid.

Alhamdulillah, anjuran tersebut disambut baik oleh sejumlah karyawan ANTARA sehingga ada yang berinfaq satu meter persegi, ada pula yang beberapa meter persegi, maka luas lahan untuk masjid bertambah dari 400 meter2 menjadi +  600 m2.

PEMBENTUKAN YAYASAN PERDANA

 

Pada 16 Juni 1982, di hadapan Notaris J.F.B. Tumbelaka Sinjal dibentuklah sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Al-Iman dengan akta notaris no. 57 dengan susunan pengurus Yayasan Al Iman 1982.

Kedudukan yayasan berada di Jakarta. Bukan di Bekasi. Sebab yayasan ini dibentuk di kantor pusat LKBN ANTARA (Wisma ANTARA lantai 19, Jalan Merdeka Selatan 17, Jakarta Pusat), dan Notaris JFBT Sinjal juga beralamat di Jl. Pintu Air 24, Jakarta.

Dengan kekayaan pangkal berupa dana sebesar Rp 350.000,- (Tiga ratus lima puluh ribu rupiah), yang berasal dari hasil pengumpulan uang para pendiri, yayasan ini membuat suatu anggaran dasar yang berisi 15 pasal.

Berdasarkan Pasal 3, Yayasan Al-Iman bertujuan “Ikut berpartisipasi di bidang dakwah dan pendidikan”.

Dalam Pasal 4, untuk mencapai tujuannya yayasan melakukan usaha-usaha :

  1. Mendirikan sekolah-sekolah mulai TK sampai perguruan tinggi;
  2. mendirikan kursus-kursus;
  3. mendirikan poliklinik dan rumahsakit;
  4. mendirikan masjid/sarana keagamaan.

 

Pak H. Abubakar tokoh warga asli juga turut dalam kepengurusan, sebagai tanda penghargaan atas partisipasi dan sumbangsih masyarakat Bintara atas proyek pembangunan masjid Al-Iman.

MADRASAH AL FATTAH CIKAL BAKAL TKIT DAN SDIT AL IMAN

Dengan kronologis yang ada di samping lahan untuk masjid sebenarnya sudah berdiri suatu bangunan (semi parmanen) sekolah agama (madrasah) yang didirikan oleh sejumlah warga asli setempat. Namanya Madrasah Al-Fattah. Namun karena ketiadaan dana, sekolah agama itu berjalan “tertatih-tatih”.

Kondisi itu mendorong para pengurus Madrasah Al-Fattah melakukan pendekatan kepada Pak Ateh dan Pak Nahar untuk memadukan pembangunan masjid dengan madrasah tersebut. Bahkan pada tahap berikutnya disepakati bahwa madrasah akan menjadi bagian dari masjid. Penggabungan lahan madrasah dengan lahan masjid menghasilkan luas tanah sekitar 1.500 m2. Sebagai penghargaan kepada warga asli Cibening/Bintara, di periode berikutnya tiga tokoh setempat juga masuk dalam yayasan, Bp. H.  Abubakar, Bp. H. Abdul Rohim, dan Bp. H. Nadjamuddin  HT.

Mulailah mengetik pencarian Anda di atas dan tekan kembali untuk mencari.